TEL AVIV, (HarianSumut)
Ribuan warga Israel berunjuk rasa di Tel Aviv usai Qatar mengumumkan mediasi antara Hamas dan Israel untuk mencapai gencatan senjata Gaza ditunda pada Sabtu (9/11/2024) waktu setempat.
Qatar merupakan mediator utama untuk gencatan senjata yang akan membantu membawa pulang para tawanan Hamas.
Para pengunjuk rasa mengaku khawatir dengan para sandera yang ditawan Hamas usai penundaan mediasi tersebut.
Mereka berdemo sambil memegang spanduk bertuliskan ‘400, yang menandai jumlah hari sejak para sandera ditawan pada 7 Oktober 2023.
Seorang pengunjuk rasa bernama Ruti Lior mengaku tidak yakin seberapa besar pengaruh Qatar dalam mewujudkan gencatan senjata hingga pemulangan sandera, tetapi tetap merasa sangat khawatir atas keputusan Doha menarik diri dari perundingan.
“Ini adalah bukti lebih lanjut bagi saya bahwa sebenarnya tidak ada keseriusan. Dan kesepakatan ini sedang disabotase,” katanya kepada AFP.
Seorang pendemo lainnya menyuarakan kekecewaannya terhadap Qatar yang dianggap gagal sebagai mediator. Mereka juga menyalahkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu terkait ini.
Unjuk rasa hari Sabtu menampilkan pemasangan topeng bergambar Netanyahu yang disertai tulisan “Bersalah”. Ada juga poster unjuk rasa lain bertuliskan “Kesepakatan sandera sekarang” dan “Jatuhkan senjatamu, hentikan perang”.
Israel mencatat dari 251 sandera yang ditawan Hamas pada 7 Oktober, sebanyak 97 orang di antaranya masih berada di Gaza. Angka ini termasuk 34 orang sandera yang menurut militer Israel telah tewas.
Warga Israel telah melakukan protes setiap minggu untuk menekan pemerintah mereka agar berbuat lebih banyak untuk mengamankan pembebasan para tawanan.
Sebelumnya, upaya untuk menengahi gencatan senjata dalam perang antara Hamas dan Israel terbukti tidak membuahkan hasil.
Qatar pun menunda mediasinya sampai kedua belah pihak menunjukkan kemauan dan keseriusan dalam perundingan gencatan senjata.
Qatar, yang telah menjadi tuan rumah bagi kepemimpinan politik Hamas sejak 2012 dengan restu Amerika Serikat (AS), telah terlibat dalam diplomasi berlarut-larut selama berbulan-bulan yang bertujuan untuk mengakhiri perang di Gaza.
Namun, pembicaraan tersebut berulang kali menemui hambatan sejak gencatan senjata selama satu minggu pada November 2023. Israel maupun Hamas saling menyalahkan atas kebuntuan tersebut. (CNN/Red)