Hizbullah dan Israel Terus Panas Buntut dari Serangan Ledakan Pager dan Walkie-Talkie

| oleh -9x Dilihat
Screenshot

LEBANON, (HarianSumut)

Ketegangan baru antara Hizbullah dan Israel semakin memanas di tengah meletusnya perang Gaza. Terutama usai peristiwa ledakan pager dan walkie-talkie milik Hizbullah yang masif akibat ulah Israel.

Permusuhan kedua belah pihak meningkat menyusul serangan udara intensif Israel pada Kamis, 19 September 2024 di beberapa kota di Lebanon Selatan. Serangan ini memperburuk konflik di Lebanon di tengah seruan agar seluruh pihak menahan diri.

Seperti diketahui, Hizbullah terlibat baku tembak harian dengan tentara Israel di sepanjang Garis Biru sejak 8 Oktober 2023. Lantas, apa penyebab serangan Hizbullah dan Israel tersebut?

Dikutip dari Antara, ketegangan baru Hizbullah dan Israel terjadi setelah dua gelombang ledakan yang menargetkan perangkat nirkabel di Lebanon. Ini mengakibatkan 37 kematian dan ribuan lainnya cedera.

Seorang reporter Anadolu mengonfirmasi bahwa lebih dari 50 serangan udara terjadi di kota-kota di Lebanon selatan.

Sedangkan Kantor Berita Nasional Lebanon melaporkan bahwa pesawat tempur Israel melakukan serangkaian serangan di daerah Mahmoudiyeh dekat desa Aaichiyeh dan Kasarat al-Aroosh di daerah Jezzine.

“Pesawat musuh Israel meluncurkan 10 rudal ke arah daerah Birket Jabbour,” kata kantor berita tersebut.

Baca Juga:  Bupati Karo Meninjau Langsung Desa Ketawaren Terdampak Tanah Longsor

Sementara itu, pada Kamis, 19 September 2024, Hizbullah mengatakan bahwa mereka menargetkan situs militer Israel di Metula di bagian utara Israel dengan serangan roket Falaq. Wali Kota Metula mengatakan bahwa roket yang diluncurkan dari Lebanon selatan mengakibatkan beberapa kebakaran dan menyebabkan kerusakan signifikan pada rumah-rumah.

Lebih lanjut, ketegangan antara Israel dan Hizbullah mengikuti gelombang ledakan pada Rabu, 18 September 2024. Serangan tersebut menyasar radio genggam (Walkie-Talkie) yang digunakan oleh Hizbullah di wilayah selatan Lebanon dan di pinggiran selatan Beirut. Serangan itu menewaskan lebih dari 20 orang dan menyebabkan 450 luka-luka.

Radio genggam tersebut dibeli oleh Hizbullah lima bulan lalu, sekitar waktu yang sama dengan pembelian pager, kata seorang sumber keamanan. Perangkat-perangkat tersebut, yang tampaknya ICOM V82, secara spontan meledak, dan karena perangkat-perangkat itu mengandung baterai lithium yang sangat mudah terbakar, ledakannya sangat parah.

Adapun serangan tersebut terjadi setelah ribuan pager meledak di Lebanon pada Selasa, 17 September 2024. Menurut sejumlah laporan media, pager yang digunakan para anggota Hizbullah merupakan sistem komunikasi tertutup. Sistem tersebut digunakan karena dinilai paling tidak rentan akibat tindakan peretasan atau penyadapan.

Baca Juga:  Pjs. Bupati Sergai Pantau Penyaluran Bantuan Beras Bulog di Desa Kota Pari

Serangan ledakan pager itu mengakibatkan sedikitnya 12 kematian, termasuk dua anak, serta melukai 2.800 orang lainnya dan 300 dalam kondisi kritis. Pemerintah Lebanon dan Hizbullah menyalahkan Israel atas ledakan penyeranta dan mengancam dengan konsekuensi berat.

Atas kejadian tersebut, Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah bersumpah akan membuat Israel merasakan ‘neraka’. Nasrallah menyampaikan pernyataan tersebut saat pidato yang disiarkan televisi untuk membahas ledakan yang menewaskan sedikitnya 37 orang dan melukai ribuan orang.

“Kami mengakui bahwa kami telah menerima pukulan telak yang wajar karena kami mengakui keunggulan teknologi Israel, yang didukung oleh AS, NATO, dan Barat,” kata Nasrallah. “Musuh Israel berusaha membunuh 5.000 orang hanya dalam waktu dua menit, tanpa mempedulikan apa pun.”

Sebagai informasi, rentetan roket Hizbullah ke arah Israel sebagai bentuk solidaritas dengan serangan Hamas terhadap Israel. Kementerian Luar Negeri Lebanon sebelumnya mengatakan bahwa sekitar 100.000 orang terpaksa meninggalkan rumah mereka di Lebanon selatan akibat pengeboman Israel.

Di sisi lain, pihak berwenang Israel menyatakan bahwa sekitar 80.000 penduduk di bagian utara negara itu harus mengungsi akibat penyerangan di Lebanon. (Antara/Tempo/Red)