JERMAN, (HarianSumut)
Gambar-gambar yang muncul dari Gaza yang menunjukkan anak-anak dan warga sipil yang terbakar setelah serangan udara Israel “mengerikan”, juru bicara Kementerian Luar Negeri Jerman, Sebastian Fischer, mengatakan pada Senin, 14 Oktober 2024, demikian dilaporkan Anadolu Agency.
Pernyataan tersebut disampaikannya sebagai tanggapan atas pertanyaan Anadolumengenai serangan udara militer Israel pada Senin dini hari, yang menargetkan tenda-tenda pengungsi Palestina di halaman rumah sakit di pusat kota Gaza.
“Sayangnya, konflik ini memaksa kita untuk melihat gambar-gambar yang paling mengerikan. Dan setiap kali warga sipil dan anak-anak meninggal, itu tidak lain adalah hal yang mengerikan,” kata Fischer.
“Itulah sebabnya kami terus mengatakan bahwa melindungi penduduk sipil harus menjadi tujuan utama dari setiap operasi militer,” tegasnya.
Sedikitnya empat orang tewas dan puluhan lainnya terluka parah ketika pesawat tempur Israel menghantam Rumah Sakit Al-Aqsa di kota Deir El-Balah, Gaza tengah, Senin pagi.
Video dari tempat kejadian menunjukkan beberapa warga sipil Palestina terbakar hidup-hidup, sementara tim penyelamat berjuang untuk menyelamatkan orang-orang dan mengendalikan api di halaman rumah sakit.
Fischer mengatakan bahwa Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, telah berulang kali menggarisbawahi hak Israel untuk mempertahankan diri, tetapi juga meningkatkan harapan Berlin untuk perlindungan yang lebih baik bagi warga sipil Palestina selama kunjungannya ke Tel Aviv.
“Kami berbicara secara terbuka di antara para sahabat, dan seperti yang telah kami lakukan di sini berkali-kali, kami juga telah mengatakan dalam kunjungan kami bahwa metode perang Israel harus berubah, harus lebih berorientasi pada target,” tegasnya.
Sejak Israel melancarkan perang melawan Hamas di Gaza pada Oktober lalu, perang tersebut telah menewaskan lebih dari 42.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 98.400 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Kirim Lebih Banyak Senjata ke Israel
Pekan lalu, dilansir Reuters, Kanselir Jerman Olaf Scholz menegaskan bahwa Jerman akan memasok lebih banyak senjata kepada Israel dalam waktu dekat, setelah penurunan pengiriman yang signifikan tahun ini mendorong tuduhan oposisi bahwa Berlin sengaja menunda ekspor.
“Kami belum memutuskan untuk tidak memasok senjata. Kami telah memasok senjata dan kami akan memasok senjata,” kata Scholz kepada parlemen dalam sebuah acara untuk mengenang para korban serangan Hamas pada 7 Oktober, menangkis tuduhan dari pemimpin oposisi Friedrich Merz.
Pemerintah telah membuat keputusan “yang juga memastikan bahwa akan ada pengiriman lebih lanjut dalam waktu dekat,” kata kanselir.
Merz, pemimpin oposisi konservatif Jerman, menuduh pemerintah menunda ekspor senjata ke Israel, termasuk amunisi dan suku cadang tank.
“Selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan, pemerintah federal telah menolak untuk memberikan izin ekspor untuk amunisi dan bahkan suku cadang untuk tank,” kata Merz pada sidang parlemen.
“Kami mengetahui beberapa kasus spesifik di mana pemerintah telah menahan persetujuan untuk peralatan dan material yang sangat dibutuhkan Israel untuk mempertahankan diri,” tambah Merz.
Persetujuan ekspor senjata Jerman ke Israel menurun tajam tahun ini, dengan hanya 14,5 juta euro yang diberikan dari Januari hingga 21 Agustus, menurut data yang diberikan oleh Kementerian Ekonomi dalam menanggapi pertanyaan parlemen.
Pada 2023, Jerman menyetujui ekspor senjata ke Israel senilai 326,5 juta euro termasuk peralatan militer dan senjata perang, meningkat 10 kali lipat dari 2022, demikian data dari kementerian, yang menyetujui izin ekspor, menunjukkan.
Mengomentari penurunan ekspor, pemerintah Jerman mengatakan bahwa tidak ada boikot ekspor senjata terhadap Israel, dan izin ekspor dikeluarkan kasus per kasus setelah melalui peninjauan yang cermat, dengan mempertimbangkan hukum internasional, kebijakan luar negeri, dan pertimbangan keamanan.
Israel sedang menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong yang terkepung, di mana jutaan orang Palestina mengungsi, menghadapi kelaparan dan kekurangan bantuan medis dan kebutuhan pokok lainnya. (Tempo/Red)