KTT ASEAN Ditutup, Soroti Kawasan Yang Lebih Terhubung dan Tangguh

| oleh -6x Dilihat
Screenshot

LAOS, (HarianSumut)

Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asosiasi Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) ke-44 dan ke-45 serta KTT terkait lainnya berakhir di Vientiane, Jumat (11/10/2024) dengan menyoroti sebuah kawasan yang lebih terkoneksi dan tangguh dalam mempromosikan perdamaian dan pembangunan global.

Perdana Menteri (PM) Laos Sonexay Siphandone pada upacara penutupan KTT menyebutkan bahwa agenda tersebut mengadopsi dan menetapkan lebih dari 90 dokumen hasil.

Dia juga menekankan pentingnya upaya kolektif ASEAN dalam memastikan kelangsungan proses pembangunan Komunitas ASEAN.

PM Sonexay mengungkapkan bahwa KTT itu serta keketuaan Laos di ASEAN pada 2024 telah berjalan dengan sukses. Dia mengatakan negara-negara yang berpartisipasi sepakat untuk lebih lanjut meningkatkan kerja sama yang lebih efektif dan efisien, serta saling menguntungkan di segala bidang.

Baca Juga:  Simalungun Sukses Menjadi Tuan Rumah PON XXI 2024, Meninggalkan Warisan Prestasi dan Kebanggaan

“Kami melakukan diskusi yang komprehensif, jujur, konstruktif, dan bermanfaat,” ujarnya.

Dia menilai implementasi Visi Komunitas ASEAN 2025 meletakkan sebuah fondasi yang kokoh bagi pengembangan rencana strategis dalam mengimplementasikan Visi Komunitas ASEAN 2045 yang bertujuan untuk membangun sebuah Komunitas ASEAN yang tangguh, inovatif, dinamis, dan berpusat pada masyarakat.

Dalam upacara tersebut, Laos menyerahkan keketuaan ASEAN pada 2025 kepada Malaysia

Didirikan pada 1967, ASEAN beranggotakan Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam.

Baca Juga:  Pjs Bupati Toba Dukung Atlet Karate Peraih Emas di PON XXI

Blok tersebut telah membentuk sejumlah mekanisme seperti China-ASEAN, ASEAN Plus Tiga, dan KTT Asia Timur, yang menjadi platform-platform penting dalam memajukan kerja sama dan integrasi regional.

Gelaran tahun ini juga menandai debut sejumlah pemimpin pada KTT itu, termasuk PM Singapura Lawrence Wong, PM Thailand Paetongtarn Shinawatra, dan PM Jepang Shigeru Ishiba. (Antara/Red)