JAKARTA, (HarianSumut)
Kementerian Luar Negeri RI buka suara atas sejumlah eskalasi politik yang terjadi di kawasan Timur Tengah, khususnya Lebanon, yang terjadi belakangan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Roy Soemirat, menyatakan pihaknya mengkhawatirkan kondisi ini dan mendesak agar seluruh pihak menahan diri.
“Kementerian Luar Negeri sangat khawatir potensi perang dengan skala yang lebih besar dapat terjadi,” kata Roy, Rabu (2/10)2024).
Roy menekankan ada urgensi bagi Dewan Keamanan PBB untuk segera menggelar pertemuan khusus demi membahas perkembangan terkini di Timur Tengah sekaligus mengambil keputusan yang dapat segera menurunkan ketegangan di kawasan konflik. Lebih lanjut, Roy juga menegaskan keselamatan WNI kini menjadi prioritas pemerintah.
“Proses evakuasi WNI dari Lebanon juga sedang berlangsung,” ujarnya.
Tak sampai di situ, Roy juga memastikan seluruh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di kawasan konflik terus berkoordinasi dan tetap melakukan komunikasi dengan seluruh WNI di wilayahnya masing-masing.
Sebelumnya, Kuasa Usaha Ad Interim KBRI Beirut Yosi Aprizal mengungkap KBRI telah menyediakan shelter atau tempat perlindungan kepada WNI yang masih tinggal di Beirut. Tempat perlindungan bagi WNI itu berlokasi di Baabda, sebuah wilayah yang terletak di sebelah tenggara Beirut.
Yosi menuturkan total WNI yang masih berada di Lebanon tercatat ada 157 orang. KBRI Beirut juga merencanakannya akan segera mengevakuasi seluruh WNI itu kembali ke Tanah Air.
“Kami sekarang sedang mendorong warga untuk evakuasi berikutnya,” tuturnya.
Sejauh ini sudah ada tiga kali evakuasi yang dilakukan terhadap WNI di Beirut. Evakuasi gelombang pertama dilakukan terhadap 13 WNI pada 10 Agustus 2024. Lalu, evakuasi gelombang kedua dilakukan terhadap 7 WNI pada 18 Agustus 2024. Selanjutnya, evakuasi gelombang ketiga dilakukan terhadap 5 WNI pada 28 Agustus 2024.
Israel pekan lalu membunuh pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah. Pembunuhan Hassan Nasrallah dikhawatirkan mengganggu stabilitas Lebanon dan wilayah yang lebih luas.
Sejak Senin, 30 September 2024, serangan Israel yang gencar di seluruh Lebanon timur, selatan, dan di Beirut selatan telah menewaskan ratusan orang dan memaksa banyak orang meninggalkan rumah mereka. Pada awal minggu ini, kepala pengungsi PBB Filippo Grandi mengatakan lebih dari 200 ribu orang mengungsi di dalam Lebanon dan lebih dari 50 ribu telah melarikan diri ke negara tetangga Suriah.
Serangan intensif itu terjadi saat Israel mengalihkan fokus operasinya dari Gaza ke Lebanon, setelah hampir setahun terlibat baku tembak lintas perbatasan dengan Hizbullah terkait perang Gaza. Hizbullah menyatakan mereka bertindak untuk mendukung sekutunya yaitu Hamas. (Tempo/Red)